Kamis, 01 September 2016

Menguak Misteri dan Mitos Gunung Tampomas

Menguak Misteri dan Mitos Gunung Tampomas
(Tampomas Expediton 2016 – KPA Jenderal)
27 – 28 Agustus 2016


Puncak G Tampomas
Malam ini begitu sunyi... 
Sendiri.. sepi...
Seperti biasa Bang Panjul tak dapat memejamkan mata bila waktu masih di bawah pukul 24.00 WIB.

Tiba-tiba keheningan malam terpecahkan dengan suara gaduh motor di depan rumah.. oh ternyata temen-temen anggota KPA Jenderal, ada Bang Oby Amsyah Ustad, Bang Eris Bayu Tungseb dan yang lainnya berkunjung.
Bang Oby Ustad pun langsung memberi salam, masuk ke dalam dan langsung mengeluarkan beberapa bungkus kopi hitam... “wah kebetulan sekali nih....”

Kami pun berbincang-bincang sambil meneguk segelas kopi... di tengah perbincangan kami tercetus ide dari Bang Oby Ustad untuk melakukan ekspedisi...
“Dah lama nah Bang kita ga jalan...”, celetuk Bang Oby Ustad.. “terus siapa yang punya ide ?”, Bang Panjul bertanya sambil sesekali menghela nafas usia yang sudah setengah abad.
“Gimana kalau ke Tampomas....”, kata Bang Eris Bayu Tungseb.. asal nyeletuk.
“Emang ada misteri apa di Tampomas...?”, sambung Bang Oby Ustad.. “ya ga tau...”, Bang Eris nyeletuk tanpa beban.. maklum dia orangnya cuek..
“ada... ada... “, Bang Panjul mulai tertarik untuk berbicara agak serius.. “tapi kapan kita punya waktu luang bisa ke sana ?”, sambung Bang Panjul... “coba kita liat kalender deh...”.
Dan akhirnya kami pun membuka kalender lalu menentukan tanggal 27 sampai tagal 28 Agustus 2016 untuk melakukan ekspedisi ke Tampomas.
“Bang ceritain Dikit dong tentang Tampomas dan misteri mitos nya”, Bang Eris penasaran tuh...

Bang Panjul pun mulai bercerita....
Gunung Tampomas itu terletak di wilayah Kabupaten Sumedang, yang konon menurut mitos dipercayai sebagai tempat petilasan Prabu Siliwangi. Banyak orang yang datang ke sana dengan berbagai tujuan, diantaranya yang sering Bang Panjul dengar dari masyarakat banyak orang yang ke Gunung Tampomas untuk melakukan tirakat untuk tujuan-tujuan tertentu seperti ingin kaya, ingin punya jabatan, ingin dagangan nya laris.. juga ada yang ingin cepet dapet jodoh.. ya mungkin karena ga laku-laku.. kaya kalian ini.. hehehe..”, kalau kata ABG Bang Panjul ketawa jahat juga nih...hehehe. Bang Eris langsung senyum-senyum simpul tuh... lanjut...
“tapi dari beberapa versi ceritera rakyat yang Bang Panjul dengar nah.. konon katanya Gunung Tampomas itu dulu namanya Gunung Gede, suatu ketika akan meletus.. dan Bupati Sumedang kala itu entah namanya siapa Bang Panjul juga dah lupa, konon mendapat wangsit untuk melemparkan keris kesayangannya yang terbuat dari emas ke dalam kawah gunung itu, dan ketika sang Bupati melemparkan keris emas ke dalam kawah terjadi sebuah keajaiban, yaitu gunung gede tidak jadi meletus, sehingga masyarakat Sumedang sejak itu menamai gunung itu dengan sebutan Gunung Tampa Emas, yang berarti Gunung yang menerima persembahan emas”
“terus kaitannya dengan Prabu Siliwangi apa bang ?”, cletuk Bang Eris Bayu Tungseb.
“Entahlah... yang Bang Panjul dengar dari orang-orang wilayah Indramayu yang pada pergi ke Gunung Tampomas, mereka kebanyakan meyakini bahwa Gunung Tampomas adalah petilasan Prabu Siliwangi, bahkan mereka sebelum berangkat pada melakukan ritual tertentu namun entah ritual apa”.
“Wah jadi penasaran Bang.... terus ada mitos apa lagi tuh bang ?”, Bang Oby Amsyah Ustad ikut penasaran, apalagi dia ini termasuk orang yang mendalami ilmu agama, karena keluarga pondok pesantren.
“Beberapa orang yang sudah pernah ke sana pernah bercerita ma Bang Panjul, konon katanya suasananya sakral gitu.. terus.. ada juga yang memberikan penjelasan hal-hal pantangan untuk buang air kecil sembarangan, ngomong sembarangan, juga bersiul dan kalau pergi ke sana usahakan rombongan jangan berjumlah ganjil. Katanya sih bisa terjadi hal-hal yang aneh dan membahayakan”.
“Wah jadi penasaran nih...”, kata Bang Oby Ustad.
“Kalau jadi kita akan ke sana, baiknya kita siapkan dulu segala sesuatunya yang berkaitan dengan perlengkapan dan perbekalan dan jangan lupa kita harus cari literatur tentang Tampomas”

Akhirnya kita pun mengakhiri percakapan dengan menentukan hari untuk kumpul di Mako KPA Jenderal (Rumah Bang Panjul/Abah Panjul) untuk brifing persiapan ekspedisi.
Bang Panjul pun mulai otak-atik komputer untuk browsing mencari literatur tentang gunung Tampomas. Hasilnya dari berbagai literatur yang ada Bang Panjul menyimpulkan tentang Gunung Tampomas sebagai berikut:

Tampomas adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Jawa Barat, tepatnya sebelah utara kota Sumedang (6,770LS – 107,950BT) Stratovolcano dengan ketinggian 1684 meter ini juga memiliki sumber air panas yang keluar di daerah sekitar kaki gunung. Gunung Tampomas termasuk dalam area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas
Gunung Tampomas berada di utara wilayah Kabupaten Sumedang. Secara administratif, kawasan Tampomas berada di tiga kecamatan, yaitu Buah Dua, Conggeang, Paseh, Cimalaka dan Tanjungkerta. Luas area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah 1.250 hektare
Kawasan Hutan Gunung Tampomas termasuk dalam tipe hutan hujan pegunungan dengan keanekaragaman flora dan fauna. Tumbuhan yang mendominasi kawan ini adalah jamuju, rasamala dan saninten. Sedang jenis hewan yang liar dan banyak ditemui adalah kancil, lutung, babi hutan dan beberapa jenis burung.
Puncak Gunung Tampomas (penduduk setempat menyebutnya Sangiang Taraje) adalah sebuah lahan luas setinggi 1684 mdpl seluas 1 hektare yang berada di ujung paling atas Gunung Tampomas. Lokasi ini memiliki estetika tinggi karena dari tempat ini wisatawan dapat menikmati pemandangan indah ke arah kota Sumedang dan sekitarnya. Adanya lubang-lubang kawah dan batu-batu besar berwarna hitam manambah kekayaan imajinasi bagi yang melihatnya.
Sekitar 200 meter ke arah utara dari puncak Sangiang Taraje, terdapat makam keramat yang dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, tempat tersebut adalah petilasan dari Prabu Siliwangi dan Dalam Samaji pada masa kerajaan Pajajaran Lama.
Untuk mencapai kawasan puncak Tampomas, ada beberapa jalur (pos) pendakian. Di antarajalur yang sering digunakan oleh pendaki adalah jalur Narimbang, Cibeureum dan Buah Dua. Di pos pendakian Narimbang terdapat mata air dan curug Ciputrawangi yang terkenal dan di situ juga biasa dipakai untuk tempat perkemahan.

Gunung Tampomas, kabarnya bagi sebagian orang memiliki suasana mistis yang cukup kuat, oleh karenanya Gunung ini banyak dijadikan tempat bertapa, semedi, atau ngelmu, karena kabarnya dulu Prabu Siliwangi juga pernah bertapa di gunung ini.
Gunung Tampomas juga melahirkan sejumlah cerita-cerita yang sarat akan sejarah.
Diantaranya ada peninggalan Tapak (bekas) kakinya Prabu Siliwangi Raja Pajajaran yang terkenal akan kegagahan dan kesaktian-nya, dan juga makam Ranggahadi dan Istrinya yang menurut cerita mereka itu merupakan kerabat dari Prabu Siliwangi. Dan di kawasan Gunung Tampomas di temukan juga Situs peninggalan sejarah masa lalu, diantaranya seperti Batu bergambar, Pecahan Arca, Pagar Batu, Piramida Kecil, dan Patung Ganesha.
Itu semua di temukan oleh team peneliti dari Yayasan Padaringan. Situs Purbakala tersebut di temukan di timur lereng Gunung Tampomas di sekitaran Ciputrawangi, Leuweung Candi, Puncak Narimbang, Batu Lawang, Sawah Kalapa, Puncak Manik dan Blok Cibenteng. Batu Kasur yang konon merupakan tempat tidurnya Prabu Siliwangi dan Batu Padaringan yang konon di pakai tempat persembahan atau tempat musyawarah, ini membuktikan bahwa kawasan Gunung Tampomas kaya akan keindahan alam, cagar budaya serta sejarah dari keraja'an Pajajaran di masa ke-emassan-nya pada masa lalu di tataran sunda. Batu Kasur / Pasare'an (tempat tidur) yang konon tempat atau sempat di pakai tempat istirahatnya / tidurnya Sang Raja yang gagah perkasa yakni Prabu Siliwangi. Satu di antara tempat sejarah yang mungkin membuktikan cerita tentang masa lalu.

Ekspedisi KPA Jenderal (27 – 28 Agustus 2016)
Tibalah saatnya kami melakukan ekspedisi untuk menguak fakta misteri mitos Gunung Tampomas yang memiliki cerita mistis begitu kuat di kalangan masyarakat Jawa Barat khususnya Sumedang dan tempat tinggal kami sendiri Indramayu.
Namun perkiraan kami meleset, yang tadinya jumlah tim yang akan berangkat adalah 8 orang ternyata hanya 7 orang yang berangkat, artinya kami berangkat dengan jumlah tim yang ganjil, ini dikarenakan bunda Ifah Arifah tidak bisa berangkat karena tugas mendadak di tempat kerjanya. Namun kami harus konsisten, kami tetap berangkat walaupun menurut mitos yang kami terima untuk tidak berangkat bila jumlah tim ganjil.
Akhirnya kami berangkat ber tujuh, Bang Panjul/Abah Panjul, Bunda Ratu/Isteri Bang Panjul, Bang Eris Bayu Tungseb, Bang Oby Amsyah Ustad (Ketua Adat KPA Jenderal), Waryudi Weregul, dan 2 anggota baru yaitu Bang Jamin dan Rosilah.

Pemberangkatan (Mako KPA Jenderal)
Mako KPA Jenderal
Hari itu Sabtu tanggal 27 Agustus 2016 pukul 12.30 WIB kami berkumpul di Mako KPA Jenderal. Cuaca saat itu tiba-tiba mendung tebal menyelimuti langit di atas tempat kami berkumpul. Kami melakukan pengecekan ulang perlengkapan dan perbekalan yang diperlukan.

Pukul 14.00 WIB kami pun berangkat menuju Desa Narimbang kabupaten Sumedang, tak lupa berdo’a sebelum berangkat agar perjalanan kami mendapat perlindungan Allah SWT, serta mendapat Rahmat dan Berkah Nya.
Jalur yang kami lalui adalah lewat jalur Cikamurang, Sanca, Buah Dua lalu Conggeang dan Narimbang. Dalam perjalanan sesekali kami mendapatkan percikan gerimis tapi kami tak surut langkah.

POS I (Bermalam di Narimbang)
Pukul 16.00 WIB akhirnya kami sampai di Narimbang, dan cuacapun semakin ekstrim, hujan lebat, gemuruh suara petir dan kabut seolah menyarankan kami untuk berteduh di Narimbang. Setelah bermusyawarah sejenak akhirnya kami pun memutuskan untuk berhenti dan berteguh sejenak di Narimbang demi keselamatan bersama. Alhamdulillah kami bertemu dengan Kang Amat dan Teh Atun warga narimbang yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari Perkemahan Curug Ciputrawangi. Kang Amat dan isterinya ini orangnya sangat baik dan ramah, walaupun baru bertemu dengan kami, mereka mengajak kami untuk mampir ke rumahnya, bahkan kami dapat langsung akrab berbincang-bincang seolah telah kenal lama. Luar biasa sikap masyarakat desa ini, begitu ramah dan suka menolong. Kami pun menitipkan motor-motor kami di rumah Kang Amat.

Start dari Pos I menuju Pos II
Setelah hujan agak reda kami pun permisi kepada Kang Amat untuk melanjutkan perjalanan sekalian titip kendaraan kami, saat itu jam menunjukkan pukul 16.45 WIB.
Pos I Bumper Curug Ciputrawangi Narimbang
Baru sekitar 50 meter kami sudah menjumpai pos I pintu masuk Kawasan Perkemahan Curug Ciputrawangi, kami langsung menemui petugas penjaga pintu masuk untuk melaporkan kedatangan dan tujuan kami akan melakukan pendakian Gunung Tampomas, sekaligus membayar tiket masuk Rp. 4000/orang, murah yah.... gumam kami.
Sebelum melanjutkan perjalanan kami kembali berkumpul untuk berdo’a, cuacapun mulai hujan kembali, waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB. Kamipun bergegas untuk melanjutkan perjalanan, namun tak dikira baru sekitar 10 menit perjalanan tiba-tiba anggota termuda kita Rosilah mendadak pingsan, untuknya Bang Jamin langsung menangkap tubuh nya sehingga tidak jatuh ke tanah, Bunda Ratu pun agak panik dan langsung memanjatkan do’a sembari menciprati air ke wajah Ros yang imuut-imut nyebelin.. hehehe. Terdengar suara menggeram keluar dari mulut Ros yang nampak masih terpejam.. jari-jari tangannya juga terlihat membentuk gerakan mencakar tanah. Team mulai hangat, namun Bang Panjul segera mendinginkan suasana, dan beberapa detik kemudian Mata Ros terbuka dan langsung tubuhnya terbangun seolah tak terjadi apa-apa. Bang Panjul pun bertanya kepada Ros.. masih mau melanjutkan perjalanan atau tinggal di rumah Kang Amat, mumpung belum jauh... Ros pun menggelengkan kepalanya dan dengan lantang mengatakan lanjut...
Dengan peristiwa tadi Bang Panjul langsung merubah formasi barisan tim, Bang Panjul yang tadinya di belakang sekarang jalan di posisi depan disusul Ros, kemudian Bunda Ratu, Bang Jamin, Waryudi Weregul, Bang Ersi Bayu Tungseb dan di posisi paling belakang ketua adat Bang Oby Amsyah Ustad. Dalam hati Bang Panjul bergumam... baru beberapa langkah sudah disambut.. luar biasa...
Bang Panjul memimpin perjalanan dengan kecepatan jalan rendah dan sesekali menengok ke arah Ros.. dan memerintahkan tim berhenti untuk bersitirahat setiap 5 menit perjalanan. Ini dilakukan untuk mengadaptasikan kondisi fisik tim dengan medan yang baru dikenal agar tidak terjadi lagi peristiwa seperti yang dialami Ros tadi. Hujan semakin deras, kabutpun semakin tebal, senter yang kami gunakan hanya mampu menembus 1,5 meter di depan kami.. tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara anjing yang sangat keras yang akhirnya kami kenal dengan nama Vera anjing milik juru kunci Pa Sasli yang kebetulan mendirikan warung di Pos II.

Pos II
Pos II Becanda dengan Vera
Alhamdulillah kami menjumpai warung untuk tempat kami berteguh, dan ternyata tepat di lokasi Pos II. Waktu menunjukkan pukul 18.15 WIB. Demi keselamatan bersama akhirnya kami pun sepakat untuk bermalam di warung Pa Sasli.
Suatu keberuntungan bagi kami karena ternyata pa Sasli ini adalah salah satu juru kunci Gunung Tampomas, orangnya baik dan ramah. Kami pun mendapatkan banyak informasi tentang gunung Tampomas, misteri dan aktivitas pengunjung yang bertirakat di Gunung Tampomas.
Dari Pa Sasli kami mendapatkan gambaran tentang medan pendakian, dan yang menjadi minat perhatian temen-temen tim adalah cerita misterinya itu loh....
Konon katanya... pernah ada arang tirakat yang meninggal di petilasan keramat Prabu Siliwangi, karena buang air kecil sembarangan, pernah juga ada 4 orang pendaki meninggal sekaligus karena tersambar petir akibat menggunakan HP saat hujan, dan konon katanya ada seorang pendaki yang berselfie dan ternyata ada makhluk lain yang ikut hadir dalam gambar fotonya.
Hari semakin larut.. tiba saatnya kami tidur. Suasana pun nampak hening, temen-temen rupanya telah nyenyak dalam alam mimpi, namun entah mengapa Bang Panjul tak bisa memejamkan mata, hingga pada sekitar tengah malam telinga Bang Panjul seakan mendengar suara-sura yang menggiurkan untuk diamati melalui pendengaran, Bang Panjul pun semakin penasaran dan segera bangun lalu mencoba konsentrasi pada suara-suara itu, entah ini hanya ilusi, entah karena cap.. atau entahlah...
Seolah Bang Panjul mendengar ada langkah kaki hewan-hewan buas di kejauhan, ah mungkin si Vera pikir Bang Panjul.. tapi derap kakinya itu menunjukkan banyaknya jumlah hewan itu, tiba-tiba terdengar suara Pa Sasli dari tempatnya tidur mengatakan Cicing..! Gandeng!!! Yang artinya Diam.. jangan ribut... dan suara derap-derap langkah hewan itu pun hilang. Bang Panjul kembali memejamkan mata untuk berkonsentrasi pada pendengaran, sejenak hening... namun beberapa saat kemudian muncul lagi suara Kak..kak..kak..berulang-ulang, yang sepertinya Bang Panjul kenal.. suara ini kalau di Hutan Indramayu orang tua menyebutnya ini  suara “Ula Lanang” yaitu sejenis ular yang besar yang konon sudah termasuk kelompok siluman.
Pos II Warung Pa Sasli
Akhirnya sayup-sayup terdengar suara azan subuh, Alhamdulillah, hari sudah pagi. Selepas salat subuh kami pun sarapan dan meneguk segelas kopi sambil membereskan perlengkapan dan perbekalan kami serta menitipkan beberapa perlengkapan yang memberatkan perjalanan kami di warung Pa Sasli. Saat kami hendak berangkat melanjutkan perjalanan Pa Sasli memanggil Bang Panjul dengan melambai-lambaikan tangannya entah ada apa, Bang Panjul juga agak heran. Pa Sasli menyuruh saya duduk di depannya, lalu beliau mengeluarkan sebuah benda kecil berbentuk kerucut, yang setelah itu Bang Panjul baru tau kalau itu adalah kemenyan. Pa Sasli berkomat-kamit memanjatkan do’a, tim pun berlarian berkumpul mendekati kami untuk ikut mengamini. Pa Sasli pun menyerahkan kemenyan itu kepada Bang Panjul untuk dibakar sesampainya di Maqom keramat setelah mencapai puncak.
Pa Sasli berpesan agar hati-hati di jalan, dan mengatakan kami akan sampai di puncak setelah 4 jam perjalanan, jangan lupa sesering mungkin bilang punteun, sampurasun dan baca salawat.
Pukul 07.45 WIB kami kembali melakukan perjalanan menuju puncak Gunung Tampomas.
Medan perjalanan dari Pos II menuju Pos III ini bervariasi dan cukup jauh namun sering menemui jalan mendatar sehingga perjalanan kami agak cepat.

POS III
Makan di Pos III
Di pos III ini kami menjumpai sebuah batu besar yang bertuliskan batu kukus, yang dibawahnya banyak berserakan bekas sesajen, suasana hati pun mulai hangat karena kita mulai menjumpai kesan-kesan mistis. Temen-temen menyarankan untuk istirahat di tempat ini sekedar untuk masak dan minum kopi, karena sarapan kita tadi hanya ngemil keripik dan minum kopi saja, jadi perut sudah mulai merasa lapar. Namun Bang Panjul menyarankan tidak masak dan makan di tempat ini, entahlah rasanya seperti canggung, apa mungkin karena kehadiran bekas-bekas sesajen membuat kurang nyaman untuk tempat makan. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan sambil mencari tempat yang nyaman untuk istirahat, dan nemu juga walaupun di tengah jalan, yah biar lah.. bukan jalan raya ini, pikir Bang Panjul.
Selesai makan dan minum, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pos IV, dan kali ini kita harus ekstra hati-hati, karena banyak pacet yang siap menghisap darah kita, kaki Bang Panjul pun sempat diserang pacet, begitu pun Waryudi Weregul pergelangan tangannya diserang pacet, namun kami bisa mengatasinya dengan cepat, walaupun darah di pergelangan tangan Waryudi terus mengucur susah untuk dihentikan. Keanehan yang terjadi di pos III ini Bang Panjul dan Bunda mencium bau Bangkai dan setelah disusuri bau itu berasal dari Bang Jamin. Bang Panjul pun dan bunda saling memberi kode agar memperhatikan dan mengawasi  Bang Jamin.

POS IV
Akhrnya kami sampai juga di Pos IV di lokasi ini terlihat ada beberapa jalur jalan, sepertinya jalur ini mempertemukan antara beberapa jalur pendakian, yaitu jalur Narimbang dan Jalur Cimalaka, dan kami pun di sini berpapasan dengan beberapa petualang yang turun, konon mereka dari Cirebon dan sudah 4 malam menginap di puncak.
Pos IV
Setelah istirahat beberapa saat, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pos V, baru beberapa menit kami berjalan kami menemukan banyak jejak-jejak babi hutan di kanan kiri jalan, kami melihat jejak-jejak kaki dan gusuran-gusuran tanah, mungkin bekas babi hutan mencari makan.
Di Pos ini kami kembali menemukan suasana mistis, saat Waryudi menghentikan pergerakan tim karena ingin buang air kecil, setelah selesai buang air kecil tiba-tiba kami melihat sebuah pohon besar bergetar, dan suara menggeram begitu kuat, bunda pun berbisik..kepada Bang Panjul dengan mesra.. maklum mantan pacar hehehe.. “Yah... hati-hati.. denger ga tadi ada suara....”. Bang Panjul pun mengangguk tanpa bersuara, rupanya ada sambutan... celetuk Bang Panjul dalam hati.... Medan dari Pos IV menuju Pos V ini lumayan menguras tenaga karena terus menanjak.
Akhirnya kami sampai juga di Pos V

POS V
Pos V
Pos V Situs Batu
Di sini kembali nampak sebuah batu besar dan kembali terlihat bekas-bekas sesajen... bahkan ada uang segala.. kalau tidak salah di situ ada uang 20 ribuan dan 2 ribuan, entah uang siapa.. kami tak ambil pusing.. terus melanjutkan perjalanan


Jarak dari Pos V menuju puncak ini tidak begitu jauh.. namun medannya ektrim, bahkan sesekali kami mengeluarkan alat-alat bantu seperti tambang untuk menarik temen-temen, ini rupanya yang dijuluki Shangiyang Taraje.. beberapa tanjakan vertikal menuju puncak, luar biasa menguras tenaga, apalagi usia Bang Panjul ini sudah setengah abad...baut-baut nya juga udah pada kendor..hehehe setelah melewati danghyang taraje kami menyaksikan lubang-lubang dan celah lebar.. rupanya inilah kawah Gunung Tampomas, yang konon menurut mitos telah menerima keris emas persembahan Bupati Sumedang

Pukul 11.00 WIB akhirnya kami sampai di puncak Gunung Tampomas, betapa senangnya setelah perjuangan yang melelahkan tadi. Kami pun mengibarkan Bendera Merah Putih, Bendera KPA Jenderal dan Umbul-umbul sebagai ungkapan rasa senang dengan memberi istilah Panji-Panji Kemerdekaan.
Tak berselang lama kami teringat pesan Pa Sasli untuk berkunjung ke Maqom yang letaknya tidak jauh dari puncak, kalau tidak salah sebelah selatan puncak Tampomas. Sesampainya di maqom kami bertafakur sejenak, untuk merenungi penciptaan alam semesta dan memanjatkan do’a memohon ampunan serta keselamatan dan kebahagiaan kepada Allah SWT. Tak lupa kami membakar kemenyan amanat dari Sang Juru Kunci Gunung Tampomas.
Tanjakan Pos IV ke Pos V

Tanjakan Shangyang Taraje 2

Tanjakan Shangyang Taraje 1

 
Lokasi Maqom

Lokasi Maqom

Situs Batu Kasur

Pulang
G1 Puncak Tampomas (Bang Waryudi Weregul)
G2 Puncak Tampomas
Kawah
Bang Djamin Tingkleg
Waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB, kami memutuskan untuk turun gunung karena ingin segera pulang
kembali ke rumah kami masing-masing, namun saat sampai kembali di puncak Tampomas, beberapa temen ingin buang air kecil, akhirnya kita berhenti, dan entah awalnya bagaimana Bang Panjul sendirian di puncak temen-temen tim yang lain tidak ada, setelah beberapa menit, bunda dan Ros datang, namun yang lain belum nampak.. setelah lebih dari setengah jam akhirnya Bang Panjul berteriak memanggil temen-temen, dan ternyata mereka ada di bawah puncak sebelah timur, dan ketika mereka menuju Puncak menghampiri Bang Panjul, terjadi kecelakaan kecil, Bang Jamin jatuh dan kakinya terkilir, akhirnya kami turun ke Narimbang dengan waktu 7 jam karena harus menggandeng bahkan kadang menggotong Bang Jamin. Itu pun kami sangat bersyukur karena berjumpa Kelompok Motor Trail dari Cibeureum yang sedang istirahat di Pos II sehingga Bang Jamin di bawa oleh komunitas trail cibeureum Sumedang yang kami sendiri lupa menanyakan namanya, karena kejadiannya begitu cepat, Namun kami sangat beruntung dan berterima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh komunitas trail cibeureum Sumedang. Dan lagi kami mendapatkan keramahan masyarakat Sumedang.

Akhirnya rencana kami sudah sampai di rumah pukul 17.00 WIB pun gagal, karena kami harus kembali bermalam di rumah Kang Amat di Narimbang. Namun yang penting kami selamat.
Suatu peristiwa aneh kembali terjadi saat suasana malam di saat semua terlelap tidur, entah ini halusinasi karena efek cap, entah memang adanya. Bang Panjul melihat sesosok perwujudan pocong di samping Bang Jamin yang sedang tidur, Bang Panjul langsung bangun dan menghampiri Bang Jamin, namun sebelum Bang Panjul sampai, sosok perwujudan pocong itu mengangguk-anggukkan tubuhnya seolah seperti memberi tanda kepada Bang Panjul.. ya mungkin seperti bilang permisi pulang begitu.. entahlah.. Bang Panjul juga masih tak mengerti.
Setelah mandi dan salat subuh Bang Panjul pun segera membangunkan Bang Jamin dan menyuruhnya segera mandi dan salat, Bang Panjul sendiri masak air di luar rumah sambil memikirkan fenomena tadi.
Bang Oby Amsyah Ustad
Akhirnya setelah sarapan kami pun permisi kepada tuang rumah untuk pulang, namun kembali kami meintipkan motor Bang Jamin karena Bang Jamin masih sakit dan tidak mampu mengendarai motonya.
Demikian kisah perjalanan menguak misteri mitos Gunung Tampomas yang kami alami, semoga bermanfaat, dan Bang Panjul mohon maaf bila ada salah kata, salah penulisan baik nama orang ataupun tempat,dan mungkin juga salah penafsiran. Ambil yang baiknya saja. Wassalam.
Bang Eris Bayu Tungseb
Rosilah Gludag





Salam Lestari dari Bang Panjul dan Bunda Ratu

Tidak ada komentar:

Entri yang Diunggulkan

Menguak Misteri dan Mitos Gunung Tampomas

Menguak Misteri dan Mitos Gunung Tampomas ( Tampomas Expediton 2016 – KPA Jenderal ) 27 – 28 Agustus 2016 Puncak G Tamp...