
Ular Bangka Laut
AH/04/02/19
Ular ini termasuk jenis ular berbisa yang berbahaya. Memiliki nama ilmiah Trimeresurus albolabris.
Ular ini sebenarnya agresif di malam hari. Buruannya yaitu kodok, burung, kadal dan hewan berukuran kecil lainnya.
Perburuannya dalam gelap malam amat dibantu oleh indra penghidu bahang (panas) tubuh yang terletak pada dekik pipinya.
Pada siang hari ular ini bergerak lamban. Biasanya dia tidur bergulung di cabang pohon, semak atau rerimbunan ranting bambu. Tapi tidak jarang pula ditemukan berada di dekat pemukiman penduduk, seperti di tumpukan kayu atau di sudut para-para di belakang rumah. Panjang ular ini antara 60 sampai 80 cm.
Uniknya ular ini bersifat ovovivipar, yakni telur-telurnya menetas semasa masih di dalam perut dan keluar sebagai anak-anak ular, sehingga seakan-akan melahirkan. Anaknya dapat mencapai lebih dari 25 ekor sekali ‘bersalin’ (David and Vogel, 1997). Anak-anak ular ini turun ke lantai hutan dan vegetasi bawah untuk memburu kodok yang menjadi makanannya.
Bisa ular ini cukup berbahaya, walaupun kasus kematian akibat gigitan ular ini tergolong jarang. Namun ular ini termasuk jenis penyumbang kasus gigitan ular terbanyak, yakni sekitar 50% kasus di Indonesia (Kawamura dkk. 1975, seperti dikutip dalam David and Vogel, 1997). 2,4% di antaranya berakibat fatal.
Kadang orang salah melihat, menganggap ular ini adalah ular hijau atau ular pucuk. Hal ini dikarenakan warnanya dominan hijau. Namun sebenarnya berbeda, diantaranya adalah pada kepalanya. Kepala ular pucuk kecil dan runcing, sedangkan ular Bangka laut kepalanya besar (Bahasa Jawa=benggol). Kulit bagian dada atau bawah berwarna kuning muda menyala. Pada bagian atas ekor seperti ada warna merah lipstik. Saya sering menjumpai ular ini bahkan dengan jarak yang sangat dekat. Warnanya yang lucu seperti ular karet mainan anak-anak, membuat saya tertarik untuk melihat dan mengamati dari jarak dekat. Saat didekati ular ini diam saja tidak melakukan reaksi apa-apa, bahkan sampai batang pohon tempatnya bergulung sedikit saya goyang, dia masih tetap diam. Ketika batang pohon itu saya gerakkan yang ketiga kalinya, barulah ular ini bereaksi. Dapat saya simpulkan, ular ini akan bereaksi saat dia benar-benar merasa terganggu.
Pada kasus gigitan ular ini, biasanya akan terjadi pembengkakan seputar area gigitan disertai rasa sakit dan panas, lalu warna kulit di area gigitan pun menghitam. Bila dalam beberapa hari tidak segera ditangani secara medis dengan baik, bisa sampai berakibat kematian.
Hati-hatilah jika memasuki wilayah semak belukar dan pohon bambu yang rimbun, terlebih di musim hujan. Karena ular bangka laut senang berada di tempat seperti itu.